Jumat, 04 Januari 2013

Sebuah Kajian Ekonomi

SILATURAHIM


Dalam khazanah bahasa arab, Silaturahim terdiri dari dua kata yaitu Shilah dan Rahim. Kata Shilah merupakan bentuk mashdar dari kata kerja Washola yang memiliki arti menyambung. Sedangka kata Rahim yang merupakan bentuk singular dari Arhaam dapat kita artikan dengan sanak saudara yang tidak tergolong ahli waris. Rahim mencakup seluruh kerabat jauh kita yang tidak mendapatkan hak waris atas harta kita seperti cucu dari saudara kakek kita. Bahkan secara umum kata Rahim juga mencakup seluruh umat manusia karena mereka berasal dari kakek yang sama yaitu Nabi Adam.
Berbeda dengan pemahaman kebanyakan masyarakat selama ini, silaturahim tidak terbatas kepada berkunjung ke rumah sanak keluarga saja. Namun lebih dari itu, silaturahim juga bisa diimplementasikan dengan segala tindakan yang dapat memperbaiki hubungan baik kita dengan kerabat atau orang lain yang berada di sekitar kita. Silaturahim juga tidak terbatas dengan orang yang sudah memiliki hubungan baik dengan kita. Sebalikya, silaturahim malah harus kita lakukan kepada orang yang memiliki hubungan kurang baik atau bahkan memutuskan hubungan dengan kita. Rasulullah saw. Bersabda “orang yang memelihara silaturahim itu bukan sekedar orang yang menjalin hubungan dengan orang yang sudah memiliki hubungan baik dengannya. Namun lebih dari itu, orang yang benar-benar memelihara silaturahim adalah orang yang menyambungnya kembali jika telah terjadi putusnya hubungan”(HR. Bukhori)
Silaturahim dan Economic Development
Seluruh tatanan dan ajaran yang telah disyariatkan oleh Allah memiliki makna dan manfaat tersendiri bagi kehidupanan manusia. Aturan agama yang telah ditetapkan oleh Allah tidak lain adalah panduan terbaik bagi kehidupan manusia. Silaturahim misalnya, memiliki fungsi yang sangat signifikan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi kehidupan manusia tidak kecuali dalam bidang ekonomi. Bahkan silaturahim memiliki peran yang sangat signifikan bagi pembangunan sebuah perekonomian.
Dalam sebuah tatanan masyarakat, silaturahim mampu membangun kepedulian sosial dan solidaritas di mereka. Silaturahim yang kuat diantara masyarakat akan melahirkan sebuah hubungan informal yang selanjutnya akan meningkatkan semangat kerja sama di antara mereka. Hubungan informal dan kerja sama yang kuat inilah oleh Francis Fukuyama disebut dengan social capital. Menurut Fukuyama, tatanan ekonomi dunia yang baru tidak boleh meninggalkan potensi peranan penting dari adanya sebuah kontrak social yang merupakan modal utama bagi pembangungan ekonomi.
Senada dengan Fukuyama, pakar ekonomi islam kontemporer Dr. Umar Capra juga menganggap pentingnya sebuah nilai-nilai kekeluargaan dan solidarita di antara masyarakat. Dalam pandangannya, nilai-nilai social dan solidaritas masyarakat mampu menjawab kegagalan konsensus Keynesian yang menyebabkan deficit fiscal dan inflasi yang tinggi pada dasawarsa 1970-an.
Menurut Dr. Umar Capra, konsensus keynsian yang berusaha memperbaiki dampak negative “Hukum Say” memiliki kelemahan yang sama dengan “Hukum Say” tersebut. Menurutnya kalau “Hukum Say” meletakkan beban realisasi pada pasar, sebaliknya revolusi Keynesian meletekkan beban mengkoreksi ekuilibrium pengangguran terhdadap pemerintah. Keduanya sama-sama tidak melibatkan nilai kekeluargaan dan solidaritas social dalam merealisasikan kesejahteraan masyarakat. Akibatnya, obat yang ditawarkan oleh JM. Keynes dalam menghadapi Great Depression pada tahun 1930-an tersebut, hanya mampu bekerja untuk jangka waktu sementara. Namun pada akhirnya, obat tersebut malah menjadi penyakit baru bagi perekonomian dunia dengan munculnya Stagflasi di era 1970-an yang tidak kalah menyengsarakannya.
Selain itu, semangat silaturahim juga mampu membangun rasa simpati dan empati kita terhadap sesama. Dengan silaturahim, kita dapat mengetahui secara langsung keadaan orang yang berada di sekeliling kita. Oleh karenanya, kedua mata kita akan terbuka lebar akan realitas kehidupan masyarakat sekitar kita yang pada akhirnya dapat menyadarkan kita untuk bisa berbagi dengan sesama. Dengan demikian, teori Rational Economic Man ala Edgeworth yang selama ini menjadi landasan ekonomi kapitalis tidak berlaku lagi. Perilaku setiap agen ekonomi tidak lagi digerakkan oleh self-interest masing-masing. Namun, lebih jauh lagi mereka juga akan berperilaku untuk kepetigan masyarakat secara luas. Hal inilah yang menurut Ekonom Faisal Bashri menjadi point tersendiri bagi pembangunan perekonomian daerah yang terkena bencana. Menurut dia, rasa kekeluargaan dan empati masyarakat Indonesai mampu mempercepat proses Recovery sebuah daerah pasca terjadinya bencana alam.
Silaturahim dan Keberhasilan Bisnis
Kalau kita ingin rizqi kita lancar dan mudah, maka silaturahimlah salah satu resepnya. Rasulullah bersabda “Barang siapa yang ingin diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah dia menyambung silaturahim”(HR. Bukhori dan Muslim).
Mungkin kita sering bertanya dalam hati, apa korelasi antara silaturahim dengan mudahnya rizki?bukannya silaturahim itu sendiri membutuhkan biaya?silaturahim ke saudara misalnya, pasti membutuhkan biaya transportasi, oleh-oleh untuk saudara dan lain sebagainya. Apalagi kalau rumah saudara yang kita silaturahimin tersebut jauh.
Memang kalau kita lihat sekilas seakan terjadi paradox antara hadits di atas dengan pemikiran dangkal kita selama ini. Namun, kalau kita teliti lebih dalam lagi kita akan mengetahui bahwa dalam jangka panjang silaturahim memiliki peranan penting bagi terbukanya rizki kita. Dalam pandangan penulis ada dua hal penting yang dapat menjelaskan pandangan tersebut.
Pertama, silaturahim dapat membantu kita untuk dapat melihat peluang dari sebuah bisnis. Bahkan terkadang kita dapat mempelajari sebuah bisnis dari seseorang yang menjadi tujuan silaturahim kita. Hal inilah yang oleh Habiburrahman Al-Sairozy digambarkan dalam sosok Azam yang menjadi tokoh utama dalam novel Best Sellernya “Ketika Cinta Bertasbih”. Dalam novel yang skual filmnya meledak tersebut, Azam digambarkan sebagai seorang spesialis tempe yang menguasai pasar kota Kairo tempat dia kuliah. Anehnya ternyata kemahirannya membuat tempe tersebut didapatkan sewaktu dia bersilaturahim ke rumah seorang temannya.
Kedua, silaturahim dapat membangun sebuah jaringan yang luas serta kokoh. Di mana dengan jaringan yang luas dan kokoh itulah bisnis serta usaha kita bisa eksis dan berkembang. Jaringan yang kuat disertai kemauan keras inilah yang menjadi salah satu foktor utama keberhasilan bisnis orang China. Meski pada mulanya bisnis yang mereka geluti tergolong kecil, namun dengan jaringan yang luas dan kokoh yang mereka miliki, bisnis mereka mampu merangkak naik dengan perlahan-lahan. Bahkan dengan jaringan kuat yang dimilikinya, tidak jarang mereka mampu memonopoli sebuah pasar hanya untuk kalangan mereka sendiri.
Lebih dahsyatnya lagi, spirit silaturahim telah mampu menjiwai beberapa teori marketing era baru. Menurut Aa Gym silaturahim tidak lain adalah kekuatan network marketing. Dalam teori marketing terbaru, hubungan antara produsen dengan cutomernya tidak lagi berupa hubungan formal yang kaku. Namun lebih dari itu, produsen juga harus mengadakan silaturahim dan pendekatan kepada para custumernya. Hal ini sangat penting dalam membangun loyalitas customernya. Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar